Minggu, 20 Mei 2012

cicak berpotensi meraup dollar


Tidak terpikirkan potensinya, padahal banyak
dibutuhkan di AS dan Eropa.

Cicak (Hemydactylus frenatus), hewan melata kecil yang
senang merayap-rayap di dinding itu memang senangnya
menangkap nyamuk. Tapi tidak cuma itu bagi H. Mohammad
Hardi. Bagi pengusaha asal Condet Jakarta ini, cicak
juga bisa digunakan untuk menangkap fulus.

Berkat kejeliannya melihat peluang bisnis, cicak yang
di dalam negeri cuma dianggap makhluk remeh dan
pengotor rumah, oleh Hardi berhasil disulap menjadi
komoditas ekspor yang menghasilkan devisa tidak
sedikit. Sebab, di pasar luar negeri, reptil yang satu
ini merupakan hewan piaraan yang lumayan digemari.
Pamornya hanya sedikit di bawah ikan hias atau burung.

Dari reptil kecil ini, perusahaan Firma Hasco yang
dimiliki Hardi mampu menangguk devisa US $ 10-15 ribu
setiap bulannya, atau sekitar Rp 1-1,5 milyar setiap
tahunnya. Memang belum terlalu besar dibandingkan
nilai ekspor komoditas lainnya. Namun cukup banyak
membuka peluang kerja bagi masyarakat.

Untuk memenuhi pasokan yang diminta, Hardi harus
mengerahkan sedikitnya 200 orang pengumpul cicak,
sedangkan setiap pengumpul biasa mempekerjakan sekitar
50 - 100 pemburu cicak. Artinya, perusahaan itu mampu
menyerap tenaga kerja 1.000 - 2.000 orang. Banyaknya
pekerja yang terserap di bisnis tersebut menunjukkan
besarnya peluang ekspor bagi cicak.

Itu baru dari cicak. Padahal di samping hewan itu
Firma Hasco juga kerap mengekspor sejumlah reptil
lainnya seperti kadal, laba-laba dan ular.

Sejak enam tahun lalu, permintaan cicak dari
negara-negara Eropa dan Amerika mulai muncul. Hal ini
menggelitik naluri bisnis Hardi untuk mencoba menekuni
bisnis reptil itu.

Ia menceritakan, "Di luar negeri, cicak digemari
anak-anak. Binatang reptil kecil itu dimasukkan ke
akuarium --tentu tanpa air-- lalu diberi bunga-bunga
plastik, batu, pasir sehingga menarik perhatian. Dari
reptil ini mereka bisa banyak belajar."

Cicak-cicak kecil itu memang bisa merangsang rasa
ingin tahu anak-anak untuk mengetahui binatang reptil
lainnya seperti kadal atau biawak. Jadi selain untuk
hobi ada juga manfaat lain, yaitu sebagai sarana
pendidikan bagi anak-anak. Terkadang juga digunakan
sebagai makanan hewan piaraan lain seperti ular atau
ikas kias Arwana.

Menurut Hardi, bumi Indonesia memiliki banyak jenis
reptil. Saat ini, 17 persen spesies reptil ada di
Indonesia, dengan jumlah kuantitas 15 persen populasi
reptil dunia. Cicak adalah satu di antaranya.
"Beragamnya spesies tersebut sangat sayang jika tidak
dioptimalkan," ujar Hardi.

Permintaan dari luar negeri sudah ada sejak enam tahun
lalu, bahkan terus bermunculan, meski jumlahnya tak
menentu. Sayangnya, pemerintah hanya memberikan kuota
30.000 ekor cicak saja.

Kuota sebesar itu bagi Hardi masih kurang. Karena
menurut hitungannya, jumlah cecak di Indonesia sangat
banyak. "Bisa jadi lebih banyak jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk di Indonesia. Jadi kalau jumlah
penduduk 200 juta orang, maka besar kemungkinan jumlah
cicak lebih dari 200 juta ekor," paparnya yakin.

Dengan hitungan seperti itu memang sayang jika tidak
dioptimalkan. "Apalagi populasi cicak tak mudah
berkurang seperti halnya barang tambang," jelas
alumnus sebuah sekolah geologi di Hamburg, Jerman
Barat.

Jumlah ekspor cicak tergantung pada permintaan.
Terkadang bisa mencapai 30.000 ekor cicak. Tiap
bulannya Hardi rata-rata mengekspor 12 kali.

Untuk cicak terbang, ia jual seharga 2 dollar AS,
sedang cicak rumah hanya dijual dua sen dollar AS -
setara dengan harga dua buah burger di Mac Donald
(indeks ekonomi yang paling sering digunakan). Jika ia
bisa mengumpulkan 1.000 ekor saja, berarti sudah bisa
mengantongi dua ribu dolar AS, atau sekitar Rp 16 juta
(dengan asumsi kurs Rp 8.000 per dolar AS). Sedangkan
biaya pengumpulan dan penangkaran yang ia keluarkan
hanya Rp 800.000 saja.
Dari kegiatan ekspor ini, berhasil mempekerjakan paling tidak 200 orang pengumpul dari Jakarta dan luar daerah seperti Cilacap, Jampang Kulon (Sukabumi) sampai Banyuwangi.


source : 
http://www.mail-archive.com

1 komentar:

  1. Bagaimana caranya klo daerah lain jg ingin mjdi pengumpul cicak jg?? Seperti bengkulu?? bisakah kita bekerjasama??

    BalasHapus