1. PENDAHULUAN
Suatu komunitas dalam ekologi sosial yang unsur-unsurnya terdiri dari tiga macam, yaitu: habitat, populasi dan kebutuhan, satu sama lain mempunyai hubungan timbal-balik yang saling berkaitan.
Dari ke tiga unsur tersebut masing-masing mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, khususnya hubungan antara habitat dan populasi atau lingkungan dan komunitas (masyarakat) mempunyai hubungan timbal – balik yang saling mempengaruhi. Hubungan lingkungan dengan masyarakat/ manusia merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi saling ketergantungan satu sama lain, artinya lingkungan mempengaruhi masyarakat/ manusia, demikian juga sebaliknya.
Berdasarkan pada suatu teori yang menganggab bahwa lingkungan merupakan stimulus atau rangsangan terhadap proses kejiwaan manusia/ masyarakat, yang kemudian dapat menghasilkan tingkah laku tertentu. Dalam hal hubungannya dengan arsitektur, maka lingkungan dalam hal ini merupakan lingkungan buatan, yang termasuk di dalamya adalah lingkungan pemukiman.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruh hubungan timbal – balik antara lingkungan dengan manusianya/ masyarakat, maka diambil kasus Perumahan Fajar Indah di kota Surakarta, untuk di ketahui hubugan timbal-balik lingkugan buatan yang berupa lingkungan pemukiman dengan penghuninya, dilihat tingkah lakunya terhadap pola bentuk lingkungan, ruang terbuka, serta interaksi sosial yang terjadi.
2. MANUSIA, TINGKAH LAKU DAN LINGKUNGAN
Pengertian manusia secara mendalam telah dibahas oleh berbagai ilmu seperti: sosiologi, antropologi, psikologi dan psikologi sosial. Pembatasan pengertian antara disiplin-disiplin ilmu sosiologi, antropologi, psikologi, psikoogi sosial adalah sebagai berikut :
a) Sosiologi :
- Ilmu yang mempelajari struktur sosial.
- Pengetahuan tentang bentuk tata laku manusia dalam lingkungan.
b) Antropologi :
Ilmu yang mempelajari jenis-jenis sifat manusia dan keadaan fisik manusia, yang mendalami struktur sosial dan bentuk kebudayaan pada masyarakat primitive.
c) Psikologi :
lmu tentang tata laku dan pengalaman manusia.
d) Psikologi Sosial :
Pengetahuan tentang reaksi individual pada individual lainnya yang selanjutnya diperluas pada lingkungan.
Hampir semua kebijaksanaan dan tindakan manusia untuk menata kehidupan dan lingkungan hidup itu secara langsung atau tidak langsung berkait dengan unsur-unsur sosiologik, antropologik, psikologik dan psikologik sosial. Dapat dianggap bahwa arsitektur merupakan salah satu bentuk tindakan intervensi manusia terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian mempunyai relasi dengan ke empat disiplin sosial yang dimaksud tadi.
Hubungan manusia dengan lingkugan sekitarnya merupakan suatu jalinan transactional interdependency atau terjadi saling ketergantungan satu sama lain, artinya manusia mempengaruhi lingkungannya, untuk selanjutnya lingkungan akan mempengaruhi manusia, demikian pula terjadi sebaliknya
Lingkungan Merupakan Stimulus Terhadap Proses Kejiwaan Manusia
Perilaku adalah ungkapan kebutuhan internal di dalam diri manusia atau inner organismic demands, yang berada di lingkungan sosial dan fisik tertentu yang merupakan unsur eksternal.
Perilaku dibalik sikap, tanggapan dan tindakan manusia sangat ditentukan oleh persepsi dan kepribadiannya, sedangkan persepsi dan kepribadian ini dilatar belakangi oleh pengalamannya.
Terdapat Lima Unsur Yang Saling Pengaruh Mempengaruhi dalam Proses Hubungan Antara Manusia dan Lingkungannya
Kelima bagian berkait satu sama lain, serta dapat bertindak sebagai faktor penyebab atau dapat pula merupakan sebuah akibat, umpamanya keprivacyan dan ke teritorialitasan adalah merupakan suatu akibat dari gabungan pengaruh-pengaruh persepsi, kognisi, latar belakang budaya dan unsur-unsur lingkungannya, yang dalam hal ini merupakan pula suatu output perilaku yang telah lalu. Sebaliknya dapat juga terjadi bahwa ke privacyan dan teritorialitasan dapat mempengaruhi kondisi budaya dan lingkungan.
Perubahan di satu bagian sistem ini akan berpengaruh pada seluruh suprasistem. Bila lingkungan fisik berubah, maka pengaruhnya akan terasa dimana-mana, atau jika terdapat perubahan pada budaya, maka akan terasa akibatnya pada suprasistem.
Singkatnya bahwa dengan berubahnya pola penataan lingkungan, ruang, komponen bahan bangunan dan ukuran, akan mengakibatkan berubahnya pola perilaku, termasuk di dalamnya ke privacyan dan ke teritorialitasan seseorang.
Perilaku manusia pada dasarnya dapat disesuaikan tahap demi tahap secara dinamis terhadap lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Hal ini sering disebut sebagai peng-adaptasian. Walaupun manusia dilengkapi dengan daya adaptasi, namun karena masih harus menghadapi masalah rutinitas sehari-hari yang merupakan prioritas pertama, maka pengaruh ini akan sangat terasa serta dapat menimbulkan suatu dampak kejiwaan.
Perilaku dapat pula dijabarkan sebagai proses interaksi antara kepribadian dan lingkungan. Lingkungan mengandung rangsang (stimulus), kemudian akan ditanggapi oleh manusia dalam bentuk “respon”. Respon inilah yang disebut perilaku.
3. PEMBAHASAN TINGKAH LAKU DAN INTERAKSI SOSIAL PENGHUNI PERUMAHAN SAYA SENDIRI DI WILAYAH CIBUBUR JAKARTA TIMUR
3.1 Bentuk dan Pola Jalan
Secara keseluruhan bentuk jaringan jalan yang ada di dalam kompleks perumahan berbentuk pola grid. Fungsi utama dari jaringan jalan ini adalah digunakan penghuni untuk menghubungkan komunikasi antara rumah satu dengan rumah lainnya, antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, serta untuk hubungan diantara penghuni baik ke dalam mapun ke luar kompleks perumahan.
Untuk ke luar-masuk kompleks perumahan ada beberapa jalan, yaitu :
a. Jalan utama kompleks, terletak di tengah-tengah lingkungan.
b. Sedangkan jalan yang lain ada beberapa yang dapat berhubungan dengan kampung sekitarnya.
Akibat dari bentuk pola jalan yang ada, tingkah laku penghuni yang tinggal di dalam kompleks perumahan dapat disebutkan sebagai berikut :
a. Para penghuni yang mayoritas sebagai pegawai/ karyawan, setiap harinya baik berangkat maupun pulang kerja, kebanyakan selalu melewati jalan utama yang berada dalam kompleks perumahan. Sehingga jalan utama nampak paling padat frekuensinya, bilamana dibandingkan dengan jalan lain yang ada dalam kompleks perumahan.
b. Secara fisik karena dimensi jalan utama lebih besar, maka lingkungan perumahan seakan terpecah menjadi dua bagian yang terpisah. Akibatnya secara tidak langsung kontak sosial penghuni antara kelompok satu dengan lainnya menjadi terhalang, sehingga kecenderungan untuk mengadakan kontak sosial lebih kuat bersifat ke dalam kelompok masing-masing.
c. Umumnya penghuni yang mempunyai kebudayaan Jawa, mempunyai rasa kekerabatan yang kuat, dengan tetangga dianggab sebagai saudara sendiri. Maka banyak diantara mereka menggunakan jalan-jalan di depan rumahnya untuk bercengkerama/ berbincang-bincang dengan para tetangga di waktu senggang, termasuk jika punya hajat/kerja menggunakan jalan untuk tempat pertemuan, termasuk acara misalnya tirakatan tujuh belasan yang dilaksanakan setahun sekali. Dengan demikian jalan dianggab sebagai tempat kontak sosial bagi para penghuni. Padahal jalan juga digunakan untuk umum, dan kadang-kadang ada kendaraan yang lewat dengan kecepatan tinggi. Akibatnya penghuni terganggu, dan dengan alasan kendaraan yang lewat terlalu cepat, serta untuk keamanan anak-anak, maka jalan-jalan di lingkungan perumahan umumnya dipasang semacam penghambat kendaraan (sabuk jalan) yang dipasang pada tempat-tempat yang dipandang perlu.
d. Karena pola jalan yang berbentuk grid, dan lingkungan perumahan ini berbatasan dengan desa lain. Maka banyak jalan yang dapat berhubungan satu sama lain, antara perumahan dengan lingkungan sekitarnya. Sebetulnya bentuk pola jalan yang ada sudah cukup baik untuk hubungan lalu-lintas, tetapi dalam hal keamanan ternyata tidak menguntungkan. Yaitu banyaknya rumah penghuni kecurian barang-barangnya, hal ini disebabkan masyarakat umum dapat dengan mudah ke luar-masuk melalui jalan-jalan yang ada. Akibatnya ada beberapa yang berhubungan dengan lingkungan sekitar ditutup oleh penghuni perumahan dengan “portal”, dengan alasan untuk keamanan.
e. Secara umum dengan bentuk pola jalan yang ada, kontak sosial penghuni baik antara rumah-ke rumah, antara kelompok, dapat dengan mudah dilakukan.
Khusus untuk kontak sosial/ hubungan antar rumah yang berhadap-hadapan dan sampingnya adalah lebih kuat bilamana dibandingkan dengan yang ada di belakangnya.
4. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Tingkah laku terhadap pola jalan :
a. Tingkah laku dan interaksi sosial penghuni terhadap bentuk dan pola jalan ada hubungan timbal balik. Di sini kita melihat pola sirkulasi penghuni dalam aktivitas setiap harinya, terutama untuk berangkat dan pulang dari bekerja atau kegiatan lain membentuk suatu sirkulasi, seakan membentuk pola sirkulasi yang selalu terulang kembali.
b. Disamping tersebut di atas, penghuni yang mempunyai rasa kebersamaan dan keakraban yang kuat antar penghuni (terutama kelompok 1 dan 2), sehingga jalan juga digunakan untuk tempat kontak sosial. Dan dengan alasan keamanan terhadap anak-anak, maka ada beberapa jalan diberi penghambat kendaraan agar berjalan pelan-pelan. Serta untuk menjaga keamanan pencurian, ada beberapa jalan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar ditutup dengan portal pintu besi.